Inspirasi Jumat 52 Tangan di Atas Lebih Baik dari Tangan di Bawah

"Sudah jelas, akibat PSBB masjid terpuruk. Karena tidak ada Jumatan dan pengajian, kotak amal tidak ada isinya, akibatnya Takmir masjid tidak bisa membayar gaji marbot, kebersihan dll. Pemerintah harus bertanggung jawab menggaji marbot dan tunjangan masjid".

Begitulah isi grup WA dari salah seorang jamaah masjid, sebut saja namanya Abu Jahal. Apakah ada yang salah dengan tulisan Abu Jahal? Saya tidak akan menghakimi, apakah tulisan tersebut benar atau salah. Saya juga tidak akan berasumsi, apakah Abu Jahal punya motif politik atau tidak. Saya akan melihat tulisan tersebut dari perspektif "sikap positif".

Saya menduga, Abu Jahal memiliki karakter lemah, sebagai akibatnya punya kecenderungan meminta. Dia berpikir sederhana, tidak mencoba berpikir dan berusaha keras untuk mencari solusi dari permasalahan yang di hadapi.  Kebiasaan meminta akan mendorong karakter yang cenderung memaksa pihak lain, karena yang bersangkutan merasa punya hak dan pihak lawannya mempunyai kewajiban.

Sebaliknya, orang-orang yang pantang meminta, akan selalu berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah apa pun yang dihadapi. Yang bersangkutan tidak pernah menyalahkan pihak lain, yang bersangkutan selalu memiliki keyakinan, bahwa dirinya mampu mengatasi permasalahan. Orang semacam ini selalu berpikir positif dan memiliki kepercayaan diri yang sangat kuat. Karakter orang semacam ini, sangat dekat dengan kesuksesan dan kebahagiaan.

Maka tak salah, jika ada pepatah kuno, dari Musnad Imam Ahmad, berbunyi "Tangan di atas, lebih baik dari tangan di bawah". Semasa kecil, saya memaknai pepatah ini, agar kita menjauhi dari sikap pengemis dan selalu menjadi dermawan. Namun saat ini, dengan uraian di atas, saya memahami pepatah itu jauh lebih berharga, karena tangan di atas akan mendorong, tidak hanya dermawan, namun juga selalu berpikir positif, mencari solusi dan mengatasi masalah.

Komentar

Postingan Populer